TASAWUF AKHLAKI, FALSAFI DAN IRFANI
A. Tasawuf Akhlaki (Tasawuf
Sunni)
Tasawuf
Akhlaki adalah tasawuf yang berorientasi pada perbaikan akhlak’ mencari hakikat
kebenaran yang mewujudkan menuasia yang dapat ma’rifah kepada Allah, dengan
metode-metode tertentu yang telah dirumuskan. Tasawuf Akhlaki, biasa disebut
juga dengan istilah tasawuf sunni. Tasawuf Akhlaki ini dikembangkan oleh
ulama salaf as-salih.
Dalam
diri manusia ada potensi untuk menjadibaik dan potensi untuk menjadi buruk.
Potensi untuk menjadi baik adalah al-‘Aql dan al-Qalb. Sementara
potensi untuk menjadi buruk adalah an-Nafs. (nafsu) yang
dibantu oleh syaithan.
Sebagaimana digambarkan dalam
al-Qur’an, surat as-Syams : 7-8 sebagai berikut :
Artinya : “Dan jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya”.
Para
sufi yang mengembangkan taswuf akhlaki antara lain : Hasan al-Basri (21 H – 110
H), al-Muhasibi (165 H – 243 H), al-Qusyairi (376 H – 465 H), Syaikh al-Islam
Sultan al-Aulia Abdul Qadir al-Jilani (470 – 561 H), Hujjatul Islam Abu Hamid
al-Gajali (450 H – 505 H), Ibnu Atoilah as-Sakandari dan lain-lain.
B. Tasawuf Falsafi
Tasawuf
Falsafi adalah tasawuf yang didasarkan kepada keterpaduan teori-teori tasawuf
dan falsafah. Tasawuf falsafi ini tentu saja dikembangkan oleh para sufi yang
filosof.
Ibnu Khaldun berendapat bahwa objek
utama yang menjadi perhatian tasawuf falsafi ada empat perkara. Keempat perkara
itu adalah sebagai berikut:
1. Latihan rohaniah dengan rasa,
intuisi, serta intropeksi diri yang timbul dari dirinya.
2. Iluminasi atau hakikat yang
tersingkap dari alam gaib, misalnya sifat-sifat rabbani, ‘arasy, kursi,
malaikat, wahyu kenabian, ruh, hakikat realitas segala yang wujud, yang gaib
maupun yang nampak, dan susunan yang kosmos, terutama tentang penciptanya serta
penciptaannya.
3. Peristiwa-peristiwa dalam alam
maupun kosmos yang brepengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau
keluarbiasaan.
4. Penciptaan ungkapan-ungkapan yang
pengertiannya sepintas samar-samar (syatahiyyat) yang dalam hal ini telah
melahirkan reaksi masyarakat berupa mengingkarinya, menyetujui atau
menginterpretasikannya.
Tokoh-tokoh
penting yang termasuk kelompok sufi falsafi antara lain adalah al-Hallaj (244 –
309 H/ 858 – 922 M) Ibnu’ Arabi (560 H – 638 H) al-Jili (767 H – 805 H), Ibnu
Sab’in (lahir tahun 614 H) as-Sukhrawardi dan yang lainnya.
C. Tasawuf ‘Irfani
Tasawuf
‘Irfani adalah tasawuf yang berusaha menyikap hakikat kebenaran atau ma’rifah
diperoleh dengan tidak melalui logika atau pembelajaran atau pemikiran tetapi
melalui pemebirian Tuhan (mauhibah). Ilmu itu diperoleh karena si sufi berupaya
melakukan tasfiyat al-Qalb. Dengan hati yang suci seseorang
dapat berdialog secara batini dengan Tuhan sehingga pengetahuan atau ma’rifah
dimasukkan Allah ke dalam hatinya, hakikat kebenaran tersingkap lewat ilham
(intuisi).
Tokoh-tokoh
yang mengembangkan tasawuf ‘irfani antara lain : Rabi’ah al-Adawiyah (96 – 185
H), Dzunnun al-Misri (180 H – 246 H), Junaidi al-Bagdadi (W. 297 H), Abu Yazid
al-Bustami (200 H – 261 H), Jalaluddin Rumi, Ibnu ‘Arabi, Abu Bakar as-Syibli,
Syaikh Abu Hasan al-Khurqani, ‘Ain al-Qudhat al-Hamdani, Syaikh Najmuddin
al-Kubra dan lain-lainnya.
TQN PONDOK PESANTREN SURYALAYA
A. Tujuan TQN
Tujuan TQN sama dengan tujuan Islam
itu sendiri, yaitu menuntun manusia agar mendapat ridha Allah, sejahtera di
dunia dan bahagia di akhirat.
“Tuhanku, Engkaulah yang aku maksud
dan keridoan-Mu yang aku cari. Berilah aku kemampuan untuk bisa mencintai-Mu
dan ma’rifah kepada-Mu”.
Dalam do’a tersebut terkandung empat
macam tujuan TQN itu sendiri yaitu :
1. Taqarrub Ilallah SWT.
Ialah mendektakan diri kepada Allah
dengan jalan dzikrullah.
2. Menuju jalan Mardhatillah
Ialah menuju jalan yang diridai
Allah Swt. Baik dalam ‘ubudiyyah maupun di luar ubudiyyah.
3. Kema’rifatan (al-ma’rifah);
melihat tuhan dengan mata hati.
4. Kemahabbahan (kecintaan) terhadap
“Dzat Laisa kamislihi Syaiun” yang mana dalam mahabbah itu mengandung keteguhan
jiwa dan kejujuran hati.
B. Dasar-dasar TQN
Adapun dasar-dasar TQN agar dapat
mencapai tujuan sebagaimana tertulis di atas, dijelaskan oleh Tuan Syaikh
sendiri yaitu sebagai berikut :
1. Tinggi cita-cita. Barangsiapa
yang tinggi cita-citanya maka menjadi tinggilah martabatnya.
2. Memelihara kehormatan.
Barangsiapa memelihara kehormatan Allah, Allah akan memelihara kehormatannya.
3. Memperbaiki hidmat. Barangsiapa
memperbaiki khidmat, ia wajib memperoleh rahmat.
4. Melaksanakan cita-cita.
Barangsiapa berusaha mencapai cita-citanya, aia kan sealu memperoleh
hidayah-Nya.
5. Membesarkan nikmat. Barangsiapa
membesarkan nikmat Allah berarti ia bersyukur kepada Allah. Barangsiapa
bersyukur kepada-Nya maka ia akan mendapatkan tambahan nikmat sebagai yang
dijanjikan Allah.
C. Amaliyah dalam TQN
Amaliyah yang bersifat spiritual ini
harus diamalkan oleh siapa saja yang telah menyatakan diri melallui “talqin”
sebagai murid dan ikhwan bagi Guru Mursyid dalam komunitas tarekat termaksud.
1. Zikir
Zikir, secara lugawi artinya ingat,
mengingat atau eling dalam bahasa sunda. Yang dimaksud dalam TQN adalah zikir
bimakna khas. Zikir bimakna khas adalah “hudurul Qalbi ma’allah” (hadirnya
hati kita bersama Allah). Zikir dalam arti khusus ini terbagi dua 1) zikir jahr
dan 2) zikir khafi.
Baik zikir jahr maupun zikir khafi
mempunyai landasan yang kuat dari al-Qur’an dan tradisi Rasulullah saw.
“Maka berzikirlah kepada-Ku, pasti aku akan
mengingat-mu,…” (QS. 2 : 152).
Dalil-dalil dzikir dalam Hadis
Rasulullah saw.
“Perbaharuilah iman kamu sekalian !.
para sahabat bertanya : Bagaimana cara kami memperkuat dan memperbaharui iman
itu ya Rasulullah ? Rasul bersabda ialah dengan memperbanyak ucapan laailaaha
illalaah”.
Syarat-syarat berdzikir ada tiga
macam
1) Hendaklah orang yang berdzikir
mempunyai wudu yang sempurna.
2) Hendaklah orang yang berzikir melakukannya
dengan gerakan yang kuat.
3) Berdzikir dengan suara keras
sehingga dihasilkan cahaya zikr di dalam abtin orang-orang yang berzikir dan
menjadi hiduplah hati-hati mereka.
2. Khataman
Kata khataman berasala dri
kata “khatama yakhtumu khataman” artinya selesai/
menyelesaikan. Maksud khataman dalam TQN adalah menyelesaikan atau menamatkan
pembacaan aurad (wirid-wirid) yang menjadi ajaran TQN pada waktu-waktu
tertentu.
3. Manakib (Manaqib)
Kata manakib merupakan kata jama
dari manqabah mendapat akhiran an. Manqabah sendiri artinya babakan sejarah
hidup seseorang.
Jama dari manqobah adalah manaqib.
Dalam tradisi bahasa sunda kata manaqib ditambah dengan an sehingga bacaannya
menjadi manaqiban yang mengandung arti proses pembacaan penggalan hidup seseorang
secara spiritual. Manaqib dalam TQN adalah manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jilani
sebagai pendiri tariqat Qadiriyyah.
Manaqiban dalam TQN merupakan amalan
syahriyyah artinya amalan yang harus dilakukan minimal satu bulan satu kali.
Biasanya materi manaqiban terbagi pada dua bagian penting. Pertama, materi
(kontens) tentang hidmah ‘amaliyah. Hidmah amaliyah ini adalah inti manaqiban
itu sendiri. Substansi ajarannya ialah meliputi :
1. Pembacaan ayat suci al-Qur’an
2. Pembacaan Tanbih
3. Pembacaan Tawassul
4. Pembacaan manqabah Syaikh ‘Abdul
Qadir al-Jilani
5. Do’a
6. Tutup
Kedua hidmah ‘Ilmiyyah. Maksud
hidmah ilmiyyah adalah pembahasan tasawuf secara keilmuan dan pembahasan
aspek-aspek ajaran Islam keseluruhan.
Tujuan Manaqiban
1) Mencintai dan menghormati
zurriyyah (keturunan) Rasulullah saw.
2) Mencintai para ulama, salihin dan
para wali.
3) Mencari berkah dan syafa’at dari
Syaikh Abdul Qadir al-Jilani.
4) Bertawassul dengan tuan Syaikh
Abdul Qadir al-Jilani karena Allah semata.
5) Melaksanakan nazar karena Allah
semata, bukan karena maksiat.
4. Riyadoh
Riyadoh secara etimologis artinya
latihan. Dalam term tasawuf yang dimaksud riyadoh adalah latihan rohani dengan
cara tertentu yang lazim dilakukan dalam dunia tasawuf. Dalam tradisi TQN,
riyadoh yang paling utama adalah zdikrullah.
5. Ziarah
Ziarah menurut bahasa berasal dari
akar kata zaara – yazuuru, ziyaaratan artinya berkunjung atau mengunjungi.
Menurut istilah ziarah adalah mengunjungi tempat-tempat suci, atau berkunjung
ke kepada orang-orang salih, para nabi, para wali, baik yang masih hidup maupun
yang sudah meninggal dengan niat karena Allah.
Tujuan Ziarah, antara lain :
1) Mengingatkan kita akan kematian.
2) Mengambil pelajaran (‘ibrah) dari
kehidupan manusia-manusia salih (salihin).
3) Mendo’akan kepada arwah mukminin
yang sudah meninggal mendahului kita.
4) Attabarruk.
6. Khalwah
Khalwat artinya mengasingkan diri
dari keramaian dunia ke suatu tempat dengan tujuan agar konsentrasi beribadah
kepada Allah semata. Khalwat bagi salik mubtadi (pengamal tarekat baru) harus
dibawah bimbingan Guru Mursyid. Lama masa khalwat tergantung pada bimbingan
guru bisa jadi sepuluh hari, dua puluh hari hingga empat puluhhari. Paling
sedikit tiga hari.
Dalam kitab Tanwir
al-Qulub, Syaikh Amin Kurdi menjelaskan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh seorang salik yang akan berkhalwat yaitu:
1) Niat dengan ikhlas
2) Meminta izin kepada mursyidnya
sekaligus memohon do’anya.
3) Didahului dengan ‘uzlah, tidak
tidur malam, berpuasa dan terus berdzikir.
4) Masuk tempat khlawat mendahulukan
kaki kanan dengan membaca ta’awwuz, basmalah dan membaca surat an-Nas tiga
kali.
5) Dawam al-Wudlu.
6) Jangan bertujuan ingin mendapat
karamat.
7) Tidak menyandar badan ke dinding.
Rabithah.
9) Berpuasa.
10) Diam dan terus Zikrullah.
11) Waspada terhadap godaan yang
empat,syaitan, materi, nafsu dan syahwat. Dan laporkan kepada guru apa yang
terjadi sewaktu khalwat.
12) Menjauhi sumber suara.
13) Salat fardu tetap berjama’ah
demikian juga jum’at tidak boleh ditinggalkan.
14) Jika harus keluar maka kepala
ditutup dan melihat ke tanah.
15) Jangan tidur, kecuali kalau
sangat ngantuk boleh tetapi punya wudu. Tidak tidur untuk rehat badan, bahkan
kalau mampu jangan sampai merebahkan badannya ke lantai tetapi tidurlah sambil
duduk.
16) Tidak lapar tidak kenyang.
17) Jangan membuka pintu kepada
orang yang bermaksud meminta berkah kepadanya.
18) Semua keni’matan yang dialaminya
harus merasa hanyalah dari gurunya.
19) Menapikan getaran dan lintasan
dalam hati, apakah getaran baik atau jelek, karena boleh jadi mengganggu
kekhusuan hati.
20) Terus berdzikir dengan cara yang
telah diperintahkan guru sampai guru memerintah berhenti dan keluar dari
khalwat.
7. Tanbih
Secara vertikal TQN membimbing
manusia menuju kepada Tuhan dan secara horizontal memberikan rambu-rambu dan
prinsip-prinsip bagaimana seharusnya kita hiddup secara berjamaah dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tanbih juga mengandung ajarn moral,
menyangkut pelbagai kehidupan pribadi, keluarga masyarakat dan negara secara
luas.
D. Hasil yang Dicapai
HM. Subandi, pakar psikologi dari
Universitas Gajah Mada, telah melakukan penelitian tentang dampak kejiwaan yang
timbul dari pengamalan TQN Pondok Pesantren Suryalaya.
1. Kemampuan memecahkan masalah,
dari mulai masalah pribadi, keluarga, karir, polotik, ekonomi dan lain-lain.
2. Ketahanan emosional yang tinggi,
meskipun mengalami berbagai situasi yang menyedihkan atau mengecewakan ia tidak
mengalami gangguan mental karenanya.
3. Ketenangan batin, tidak merasa
cemas atau waswas dalam menghadapi situasi yang tidak menentu.
4. Pengendalian diri yang baik
(kontrol diri), tidak terbawa arus kemanapun pergi.
5. Pemahaman terhadap dirinya
sendiri secara baik.
6. Menemukan jati dirinya atau dalam
istilah psikologi “individuasi” karena mampu menemukan dirinya maka ia pun
mampu menemuka Tuhannya.
7. Memiliki kesadaran lain atau
dalam istilah psikologi disebut “altered states of consiousness” yaitu
kesadaran “supernormal” (bukan para normal), yang pada umumnyadimiliki oleh
orang yang berwawasan spiritual atau tungkat kerohanian tinggi.
MURSYID DAN MURID
A. Mursyid
Guru atau mursyid dalam sistem
tasawuf adalah asyrafunnasi fi at-tariqoh artinya orang yang
palin tinggi martabatnya dalam suatu tarekat. Mursyid mengajarkan bagaimana
cara mendekatkan diri kepada Allah sekaligus memberikan contoh bagaimana ibadah
yang benar secara syari’at dan hakikat. Betapa penting keberadaan guru dalam
suatu tarekat, dijelaskan tidaklah benar seseorang mengamalkan suatu tarekat
tanpa guru.
Mursyidlah yang mendapat izin dari
Rasulullah untuk melakukan talqin az-Zikir kepada sipa saja ang mau mengamalkan
zikir.
Kriteria Mursyid
a. Seorang mursyid haruslah seorang
yang alim.
b. Seorang mursyid haruslah’arif.
c. Seorang mursyid harus sabar dan
mempunyai rasa belas kasihan yang tinggi kepada murid-muridnya.
d. Seorang mursyid harus pandai
menyimpan rahasia murid-muridnya.
e. Seorang mursyid tidak boleh
menyalahgunakan kedudukan sebagai seorang guru spiritual atau orang yang paling
tinggi martabatnya dalam tarekat.
f. Seorang mursyid haruslah
bijaksana.
g. Seorang mursyid harus disiplin.
h. Menjaga lisan dan nafsu
keeduniaan.
i. Seorang mursyid harus mempunyai
hati yang ikhlas.
j. Selalu menjaga jarak antara
dirinya dengan muridnya.
k. Memelihara harga diri, wibawa dan
kehormatan.
l. Mursyid harus bisa memberi
petunjuk tertentu pada situasi tertentu kepada muridnya.
m. Merahasakan hal-hal istimewa.
n. Mursyid selalu mengawasi muridnya
dalam kehidupan sehari-hari.
- o. Merahasiakan segala gerak gerik kehidupannya.
p. Seorang mursyid harus mencegah
berlebihan dalm makan dan minum.
q. Seorang mursyid harus menyediakan
tempat berkhalwat bagi murid-muridnya.
r. Menutup pergaulan murid dengan
mursyid lainnya.
B. Murid dan kewajiban terhadap
Mursyidnya
Murid secara etimologis artinya
orang yang berkehendak, berkemauan dan mempunyai cita-cita. Murid dalam istilah
tarekat adalah orang yang bermaksud menempuh jalan untuk dapat sampai ke tujuan
yakni keridoan Allah.
Kewajiban murid terhadap mursyidnya
adalah sebagai berikut :
1. Menyerahkan diri lahir batin.
2. Murid harus menurut dan mematuhi
perintah gurunya.
3. Murid tidak boleh menggunjing
gurunya.
4. Seorang murid tidak boleh
melepaskan ikhtiarnya sendiri.
5. Seorang murid harus selalu ingat
kepada gurunya.
6. Seorang murid tidak boleh
memiliki keinginan untuk bergaul ;lebih dalam dengan mursyidnya, baik untuk
tujuan dunia maupun akhirat.
7. Seorang murid harus mempunyai
keyakinan dalam hati.
8. Seorang murid tidak boleh
menyembunyikan rahasia hatinya.
9. Murid harus memelihara keluarga
dan kerabat gurunya.
10. Kesenangan murid tidak boleh
sama dengan gurunya.
11. Seorang murid tidak memberi
saran kepada gurunya.
12. Seorang murid tidak boleh
memandang kekurangan gurunya.
13. Seorang murid harus rela
memberikan sebagian hartanya.
14. Seorang murid tidak boleh
bergaul dengan orang yang dibenci gurunya.
15. Seorang murid tidak boleh
melakukan sesuatu yang dibenci gurunya.
16. Seorang murid tidak boleh iri
kepada murid lainnya.
17. Segala sesuatu yang menyangkut
pribadinya harus mendapat izin dari gurunya.
18. Tidak boleh duduk pada tempat
yang biasa dipakai duduk oleh gurunya.
C. Adab Murid terhadap Dirinya
Sendiri
1. Meninggalkan pergaulan dengan
orang-orang yang jahat, sebaliknya bergaul dengan orang-orang pilihan.
2. Jika hendak berzikir padahal ia
telah memiliki keluarga dan telah beranak maka seyogyanya menutup pintu yang
dapat menghalangi antara dia dengan istri dan anaknya.
3. Meninggalkan sikap berlebihan
baik dalam urusan makan, minum, pakaian, hubungan suami istri.
4. Meninggalkan cinta dunia dan
berfikir tentang kehidupan akhirat.
5. Tidak tidur dalam keadaan junub,
tetapi sebaliknya selalu dalam keadaan suci punya wudu.
6. Tidak boleh toma (berharap)
kepada apa yang ada di tangan manusia lain.
7. Jika rizki sulit didapat, dan hati
manusia keras kepadanya, amka bersabarlah, sebab boleh jadi hara dunia
berpaling dari murid ketika ia masuk dalam tarekat.
8. Hendaklah ia melakukan muhasabah
(intropeksi) dan mendorong jiwanya untuk mengamalkan tarekat.
9. Menydikitkan tidur, terutama di
waktu sahur sebab ia adalah waktu ijabah.
10. Menjaga diri agar hanay makan
yang hala.
Dan lain-lain …
D. Adab Murid terhadap Sesama
Ikhwan atau terhadap Muslim yang lain
1. Mencintai ikhwan tarekat seperti
ia mencintai dirinya sendiri.
2. Memulai mengucapkan salam,
bersalaman dan berbicara dengan bahasa yang menyenangkan jika bertemu sesama
ikhwan.
3. Bergaul sesama ikhwan dengan
akhlak yang baik.
4. Bersikap tawadu’ kepada ikhwan.
5. Mencari keridaan mereka dan anda
harus memandang mereka lebih baik dari pada anda sendiri, selanjutnya saling
menolong dalam kebaikan dan takwa, mencintai Allah dan mendorong mereka dalam
apa yang diridai Allah dan anda menunjuki mereka ke jalan yang benar.
6. Menaruh kasih kepada semua
ikhwan, hormat kepada yang lebih besar dan sayang kepada yang lebih muda.
7. Bersikap simpatik dan halus dalam
upaya menasihati ikhwan jika meraka melakukan pelanggaran.
8. Berbaik sangka kepada ikhwan.
9. Hendaklah menerima permintaan
maaf ikhwan yang lain apabila ia minta maaf meskipun ia berdusta, sebab orang
yang meminta maaf kepadamu secara terbuka meskipun batinnya marah maka
sesungguhnya orang itu telah taat kepadamu dan telah menghormatimu.
10. Mendamaikan dua ikhwan yang
bermusuhan.
11. Bersikap benar kepada sesama
ikhwan dalam segala kondisi dan jangan lupa mendo’akan mereka dengan ampunan
meskipu mereka gaib (tidak ada dihadapan kita).
12. Memberi kelapangan mereka dalam
majelis.
13. Bertanya tentang nama kawan kita
sekaligus nama ayahnya.
14. Mempertahankan harga diri ikhwan
dan menolong mereka meskipun sedang tidak dihadapan kita.
15. Menunaikan janji apabila ia
berjanji, sebab sesungguhnya janji termasuk salah satu dari dua pemberian,
menurut Ahlussunnah ia adalah utang.
E. Waliyullah
Waliyullah artinya kekasih Allah,
orang-orang yang dicintai Allah. Ia selalu diberi hidayah oleh Allah untuk
beramal salih dan berdakwah, ia adalah orang-orang salih yang beramal dengan
ikhlas.
F. Tanda-tanda Wali Allah
1. Jika kita melihat mereka, mereka
mengingatkan kita kepada Allah.
2. Jika mereka tiada, tidak pernah
orang-orang mencarinya.
3. Mereka bertaqwa kepada Allah.
4. Mereka saling menyayangi dengan
sesamanya.
5. Mereka selalu sabar, wara’ dan
berakhlak mulia.
6. Mereka hidup zuhud di dunia.
7. Mereka selalu terhindar ketika
ada bencana.
8. Hati mereka selalu terkait kepada
Allah.
9. Mereka suka terbiasa bermunajat
di akhir malam.
10. Mereka suka menangis dan
berzikir mengingat Allah.
11. Jika meraka menghendaki sesuatu,
Allah memenuhi keinginannya.
12. Keinginan mereka dapat
menggoncangkan gunung.
Karamah
Karamah adalah kejadian luar biasa
yang diberikan Allah kepada para wali. Hal itu diberikan sebagai hiburan atau
santunan, atau pembekalan ilmu atau sebagai ujian.
Manfaat Karamah
1) Dapat menambah keyakinan kepada Allah.
2) Mengkokohkan kepercayaan
masyarakat kepada seorang wali.
3) Adanya karomah merupakan bukti
anugrah atau derajat yang diberikan Allah kepada seorang wali, agar
pengabdiannya tetap istiqamah.
G. Perbedaan antara Kenabian
dan Kewalian
Kenabian adalah jabatan spritual
yang diberikan Allah kepada orang-orang pilihan dengan cara Allah memberikan
wahyu kepadanya, sementara kewalian adalah kasih sayang Allah kepada
orang-orang tertentu karena ia berusaha mujahadah taqarub kepada-Nya sehingga
memberikan ilham kepada-Nya.
Kenabian adalah kalam yang datang
dari Tuhan sebagai wahyu, bersama-sama ruh dari Tuhan, sebagai wahyu yang
dinyatakan dan diperkuat dengan ruh. Kewalian adalah orang dimana Tuhan
mempercayakan (waliyah) hadis-Nya. Tuhan membawa wali kepada diri-Nya dengan
cara yang berbeda, dan dia mempunyai hadis.
Bukti-bukti Kenabian
Sebagai salah satu indikator
pengakuan seseorang sebagai nabi dan rasul adalah adanya mu’jizat. Mu’jizat
adalah kejadaian luar biasa yang diberikan Allah kepada seorang nabi atau rasul
untuk menguatkan kenabian dan kerasulannya.
Syarat-syarat Mu’jizat
1. Mu’jizat, datangnya harus dari
Allah sebagai kejadian luar biasa untuk menguatkan kenabia atau kerasulan
seseorang.
2. Mu’jizat harus berupa kejadian
luar biasa sehingga tidak ada yang dapat meniru.
3. Mu’jizat harus muncul dari
seorang nabi agar dapat dijadikan bukti bagi risalahnya.
4. Mu’jizat harus diiringi dengan
pengakuan kenabian, baik secara hakekat atau hukum. Biasanya didahului dengan
kejadiaan luar biasa yang disebut irhash.
5. Mu’jizat harus sesuai dengan
situasi dan kondisi di masa timbulnya, kalau tidak, maka pungsinya
berubamenjadi ihanah, seperti yang terjadi pada Musilamah al-Kazzab.
6. Para penentang risalah tidak bisa
mendatangkan yang sepertinya, jika bisa, maka mu’jizat itu palsu.
7. Mu’jizat boleh bertentangan
dengan hukum alam.
Ma’unnah, Ihanah, Istidraj, Irkhas,
Sihir, Sya’udah dan Garaib al-Mukhtari’ah.
1.Ma’unah
adalah kejadian luar biasa yang diberikan Allah kepada orang awam untuk
melepaskan dirinya dari kesulitan.
2.Ihanah
adalah kejadian luar biasa yang diberikan kepada seorang pembohong yang mengaku
sebagai nabi, seperti yang pernah diberikan kepada Musailamah al-Kazzab.
3.Istidraj
adalah kejadian luar biasa yang diberikan kepada orang fasik yang mengaku
sebagai wakil Tuhan dengan mengemukakan berbagai dalil untuk menguatkan
kebohongannya. Adapaun Irkhas adalah kejadian luar biasa yang diberikan Allah
kepada calon nabi.
4.Sihir
adalah suatu cara yang dapat menampilkan berbagai perbuatan yang aneh bagi yang
tidak mengerti seluk beluknya, tetapi sebenarnya seluk beluknya itu dapat
dipelajari.
5.As-Sya’udah
adalah kejadiaan ;luar biasa yang biasa timbul di tangan seseorang, sehingga
menampakan pesona dan kekaguman bagi yang melihatnya, meskipun kejadian itu
tidak terjadi.
6.Garaib
al-Mukhtariah adalah karya atau ucapan manusia disebabkan ilmu pengetahuan dan
teknologi tertentu, seperti radio, televisi dan telepon, hp dan lain-lain.
.